Bipolar Disorder, Bisakah Terjadi Pada Anak?

Oleh 

Aqila Nashwa, Asifa Oktovia, Inna Indriyani, Febina Nabila Hapsari, Dini Fitri Anggrelayni, Karennisha Damita Widjanarko, Imelinda, Shan Aqillah, Feby Claudia Sihombing

Universitas Mercu Buana 

Pada kunjungan ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, beberapa waktu lalu, penulis tertarik dengan pasien di salah satu bangsal. Bangsal kolibri, yang menampung pasien anak-anak dan remaja. Penulis melihat dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Seorang anak perempuan berteriak kencang membaca surah Al-Fatihah dan takbir sejak awal kami memasuki bangsal. Namun, anak tersebut diam, kemudian tersenyum malu dan masuk ke ruangan perawat setelah melihat kami memasuki bangsal. Setelah itu dia keluar kembali dan tersenyum-senyum untuk mencari perhatian. Di saat yang bersamaan ada seorang anak laki-laki yang duduk terdiam dan merenung dengan tatapan kosong di depan ruang perawat. Penulis berpendapat bahwa kondisi kedua anak ini sesuai dengan simtom bipolar disorder. Tapi, apa itu bipolar disorder?

Apa Itu Gangguan Bipolar?

Gangguan Bipolar adalah salah satu jenis gangguan mental dengan jumlah penyintas terbanyak di dunia, dengan estimasi prevalensi yang bervariasi dari 0,3% hingga 1,4% yaitu dari daerah Papua Nugini hingga tertinggi di sebagian negara-negara Afrika, Australia dan negara-negara Skandinavia (IHME/The Institute for Health Metrics and Evaluation, 2019). Bipolar dikategorikan sebagai gangguan  mood, dimana penderita mengalami perubahan emosi yang sangat drastis. Dari maniak (sangat senang) hingga depresif (sangat terpuruk). 

Gangguan bipolar dimulai saat episode pertama yang sering terjadi saat usia remaja. Setelah fase pertama, biasanya diikuti fase yang berganti antara mood meninggi dan mood menurun dalam fase kekambuhan. Pada fase ini perlu penanganan yang tepat dan berkesinambungan untuk mengembalikan ke fase mood yang stabil dan normal.  Mempertahankan dalam fase rumatan agar terus dalam kesembuhan, tidak terjadi gejala subsyndromal bahkan kekambuhan. Bila fase ini tidak ditangani dengan baik maka penyakit akan menetap dan bertambah parah serta mengalami penurunan fungsi sehari-hari. Gangguan bipolar pada anak adalah kondisi yang mempengaruhi mood, energi dan kemampuan mereka untuk berfungsi sehari-hari. Dukungan dari keluarga, profesional kesehatan, dan lingkungan sekolah sangat penting dalam membantu mereka mengelola kondisi ini. Berdasarkan pengamatan kami, gejala ini sesuai dengan kedua anak yang kami lihat di bangsal kolibri, dimana diperkirakan remaja perempuan ini sedang berada pada fase manik yang ditandai dengan perilaku menurunkan kursi-kursi yang ada diatas meja dengan terburu-buru hingga membuat kami sedikit terdistraksi oleh suaranya. Dan anak perempuan ini juga mengganggu temannya hingga hampir bertengkar. Sedangkan remaja laki-laki yang diam dan termenung dengan tatapan kosong diperkirakan sedang dalam fase depresi. 

Penyebab Gangguan Bipolar pada Anak dan Remaja 

Menurut Jaya et.al (2013) terdapat faktor yang menjadi penyebab munculnya gangguan bipolar :

1. Faktor Genetik (Riwayat Keluarga)

Faktor genetik ini diperkirakan menyumbang sekitar 80% dari penyebab kondisi tersebut. Anak dengan anggota keluarga inti dengan gangguan bipolar lebih berisiko mengalami kondisi ini. Kemungkinan akan lebih tinggi apabila salah satu atau kedua orang tua mengalami kondisi tersebut.

2. Faktor Neurotransmitter pada Otak

Dalam jaringan neurotransmitter, terdapat tiga zat kimia penting, yaitu norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Ketidakseimbangan pada neurotransmiter ini dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap gangguan mood seperti gangguan bipolar. 

3. Faktor Lingkungan

Stres, trauma, serta perubahan besar dalam hidup seseorang dapat memicu timbulnya gangguan suasana hati, terutama jika individu memiliki kecenderungan genetik untuk gangguan bipolar. Bahkan tanpa faktor genetik yang jelas, gaya hidup yang tidak sehat seperti penyalahgunaan obat-obatan atau masalah hormonal juga dapat menjadi pemicu gangguan bipolar.

4. Struktur dan Fungsi Otak 

Studi menunjukkan bahwa individu yang mengalami gangguan bipolar memiliki perubahan halus namun signifikan dalam struktur dan fungsi otak. Perubahan ini dapat terjadi sejak lahir atau berkembang seiring waktu, dan diyakini berperan dalam perkembangan gangguan bipolar.

Apakah Gangguan Bipolar bisa terjadi pada anak?

Faktanya, hasil analisis lanjutan yang dilakukan oleh Van Meter, A. L. R. Moreira, and E. A. Youngstrom (2011) menunjukkan persentase kejadian gangguan bipolar pada anak hanya sebesar 1,8%. Hal ini dikemukakan oleh Luby dan Belden (2006) dimana kriteria diagnosis gangguan bipolar pada anak kurang jelas sehingga diragukan validitasnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa gangguan bipolar sangat jarang terjadi pada anak-anak. Meskipun demikian, penerapan kriteria diagnostik gangguan bipolar pada anak-anak, khususnya anak-anak prasekolah, masih belum jelas dikarenakan indikator perilaku yang ditunjukkan pada anak-anak menunjukkan gejala yang beragam sehingga berpotensi terjadi kesalahan dalam penegakan diagnosis yang berujung pada pemberian obat atau terapi yang seharusnya tidak perlu (Youngstrom, dkk. 2005). Hal ini dikemukakan oleh Luby dan Belden (2006) dimana kriteria diagnosis gangguan bipolar pada anak kurang jelas sehingga diragukan validitasnya.

Jenis Gangguan Serupa yang Relevan dengan Gejala Bipolar pada Anak

Terdapat beberapa gangguan lain yang memiliki indikator perilaku seperti gangguan bipolar, seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang memiliki kemiripan pada perubahan mood yang cepat dan perilaku impulsif. Kemudian, terdapat juga kemiripan pada gangguan regulasi emosi disruptif (DMDD) yang sama-sama terjadi ledakan kemarahan yang mirip dengan fase manik dan depresif pada gangguan bipolar. Terakhir, juga terdapat kemiripan pada gangguan depresif mayor (MDD) dimana juga terdapat unsur mania dan hipomania yang bercampur dengan depresif. 

Penutup  

Penting untuk mengenali gejala bipolar sejak dini untuk mengelola kondisi ini dengan baik. Penanganan yang tepat dan dukungan berkelanjutan dari keluarga, profesional kesehatan, dan lingkungan sosial sangat penting untuk mencegah pemicu gangguan ini untuk timbul. Pengamatan di RSJ Soeharto Heerdjan menunjukkan bahwa gangguan bipolar dapat bermanifestasi berbeda pada setiap individu, sehingga diperlukan pendekatan yang personal dalam penanganannya. Dengan diagnosis yang tepat, intervensi yang efektif, dan dukungan berkelanjutan, penderita gangguan bipolar dapat menjalani kehidupan yang stabil dan bermakna.

Referensi 

J. Luby and A. Belden, “Defining and validating bipolar disorder in the preschool period,” Development and Psychopathology, vol. 18, no. 4, pp. 971–988, 2006.

National Institute of Mental Health (NIMH). Bipolar Disorder: Causes.

Ramadani, I. R., Fadila, A. N., Aulia, R., Khairiyyahni, S., & Lestari, W. (2024). Gangguan Bipolar pada Remaja: Studi Literatur. EDU SOCIETY: JURNAL PENDIDIKAN, ILMU SOSIAL DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 4(1), 1219-1227.

Renk, K., White, R., Lauer, B. A., McSwiggan, M., Puff, J., & Lowell, A. (2014). Bipolar disorder in children. Psychiatry journal, 2014(1), 928685.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *