Resiliensi Strawberry Generation Menggali resiliensi dalam generasi stroberi: Mengatasi Tantangan dan Berkembang di era Modern

Oleh 

Nabila Az Zahra, Krisensio Thomas Amara Seta, Silmi Naimah Fadillah

Menggali Resiliensi dalam Generasi Stroberi di Era Modern

Di antara banyak perubahan perubahan telah terjadi di era modern ini, telah muncul sebuah fenomena yang menggambarkan karakteristik generasi muda masa saat ini. Mereka seringkali disebut sebagai Generasi Stroberi, sebuah sebutan yang menggambarkan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi tantangan dan kesulitan, sebagaimana karakteristik dari buah stroberi itu sendiri yang mudah lembek ketika dihadapkan pada tekanan atau perubahan suhu. Berbagai Tantangan dari segala aspek kehidupan, mulai dari teknologi hingga lingkungan sosial, seringkali menguji ketahanan mental dan emosional generasi muda saat ini.

Namun demikian, di balik stigma tersebut, Generasi Stroberi juga memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang tangguh dan berdaya. Dari tekanan akademis hingga hambatan dalam karier, dari perubahan budaya hingga tekanan media sosial, Generasi Stroberi dihadapkan pada berbagai kompleksitas yang membutuhkan ketangguhan batin dan mental yang kuat. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang bagaimana resiliensi dapat ditemukan dan dikuatkan dalam Generasi Stroberi, serta bagaimana mereka dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi di era modern ini.

Fenomena dan Penyebab Munculnya Istilah Generasi Stroberi

Strawberry Generation merupakan sebuah istilah neologisme dari bahasa tionghoa yang diberikan sebagai julukan bagi generasi yang lahir setelah tahun 1990. Generasi ini dianggap sebagai generasi yang gampang mengkerut seperti strawberry, dan tidak tahan akan tekanan sosial dan tidak dapat bekerja sekeras generasi orangtua mereka (Hia, L. J. dkk, 2023). Strawberry sendiri digambarkan sebagai buah semu, yang artinya bukan buah yang sebenarnya, begitupun “strawberry generation” yang digambarkan sebagai generasi yang memiliki mental semu atau mental yang seharusnya tidak dimiliki oleh generasi tersebut (Fauzi & Tarigan, 2023). Dalam bukunya yang berjudul “Strawberry Generation”, Prof. Rhenald Kasali menjelaskan bahwa generasi yang hebat merupakan generasi yang selalu memiliki mindset positif terhadap masa depan, sedangkan strawberry generation sendiri merupakan generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan mudah sakit hati. 

Tentu ada berbagai penyebab dari munculnya istilah dan stereotip mengenai strawberry generation di tengah masyarakat. Prof. Renald Kasali (2018), menjabarkan bahwa salah satu analisis mengapa fenomena strawberry generation dapat muncul adalah karena cara orangtua mendidik. Menurut Prof. Renald Kasali arahan dan bimbingan dari orang tua merupakan hal yang paling penting dalam mendidik generasi strawberry ini, dimana keterlibatan orangtua merupakan salah satu bentuk partisipasi orangtua dalam pendidikan dan kehidupan anak. Pada fenomena strawberry generation ini, orangtua cenderung memanjakan anaknya dan terkadang terlalu overprotective terhadap anak. Kecenderungan orang tua dalam membesarkan anaknya dengan kehidupan yang lebih sejahtera membuat mereka dengan mudah memanjakan anak. Selain itu, kekhawatiran dan larangan berlebih yang ditunjukkan oleh orangtua turut membentuk anak-anak pada generasi ini tumbuh sebagai anak yang penakut (Kasali, 2018). Menurut Prihatina (dalam Siregar, 2023), ketidaktepatan pola asuh orangtua ini berpotensi mengembangkan anak sebagai individu dengan kepribadian yang lemah, baik secara mental maupun fisik.

Generasi Stroberi, sering mendapatkan stigmatisasi sebagai generasi muda yang mudah menyerah, memiliki potensi besar untuk menjadi individu tangguh dan berdaya. Dengan membangun resiliensi melalui mindset positif, kemampuan problem solving, komunikasi interpersonal, support system yang kuat, dan berani keluar dari zona nyaman, mereka dapat mengatasi berbagai tantangan dan berkontribusi positif bagi masa depan. Stigma ini bukan penghalang, melainkan motivasi untuk menunjukkan kemampuan mereka dan mencapai hal-hal luar biasa.

Referensi : 

Fauzi, F. I., & Tarigan, F. N. (2023). Strawberry Generation: Keterampilan Orangtua Mendidik Generasi Z. Jurnal Consulenza: Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi, 6(1), 1-10.

Hsin-Huang, M., & Hsiao-Chen, S. (2015). “The Strawberry Generation: A Sociological Study of Youth in Taiwan.” Journal of Youth Studies, 18(4), 567-583. doi:10.1080/13676261.2014.992314

Hia, L. J., Angelina, C., & Santosa, M. (2023). KEPEMIMPINAN KRISTEN DI ERA DIGITAL TERHADAP GENERASI STRAWBERRY. TEOLOGIS-RELEVAN-APLIKATIF-CENDIKIA-KONTEKSTUAL, 2(1), 118-133.

Kasali, R. (2018). Strawberry Generation. Mizan.

Siregar, A. P. (2023). TERAPI POLA ASUH ISLAMI DALAM MEMPERKUAT KARAKTER REMAJA STROBERI (Strawberry Generation). Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 48-64.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *